Mata Kuliah Pengembangan Kepri
Puisi buat Rakyat Indonesia: 25 kumpulan puisi penyair korea
Dalam menyatakan jati dirinya, bangsa Korea mengacu ke citraan pagi hari yang tenang-berbeda, misalnya, dari bangsa Jepang yang selalu memandang matahari sebagai lambang keberadaanya. Citraan pagi yang tenang, matahari, maupun tirai bambu-yang melambangkan kebudayaan Cina - pada dasarnya mengacu ke dalam. Dan ternyata memang alam yang menjadi tumpuan gagasan dan ungkapan yang kita rasakan dan pahami ketika membaca puisi Korea, yang klasik maupun yang modern. Sajak-sajak yang dipilih dalam buku ini umumnya ditulis berdasarkan teknik penulisan demikian. Ini menunjukkan adanya garis yang jelas antara yang klasik dan modern - tidak hanya dalam perkembangan puisi Korea tetapi juga puisi Jepang dan Cina. Namun, alam yang menyatu dalam diri manusia itu telah menghasilkan kesan dan pandangan hidup yang berbeda, tentu karena watak dan perkembangan sosial dan budaya yang berlain-lain pula. Kesan selintas menunjukan bahwa puisi Korea modern masih menunjukkan kaitan yang erat antara alam dan manusia, lebih dari yang mungkin telah berlangsung di Cina dan Jepang. Seluruh puisi dalam buku ini diterjemahkan oleh seorang guru besar sastra dan bahasa Indonesia yang mempunyai perhatian khusus tidak hanya terhadap kesusastraan Indonesia, tetapi juga sastra negerinya sendiri. Dan yang lebih penting lagi, usahanya untuk mengerjakan terjemahan ini merupakan upaya yang konkret untuk melakukan hubungan kebudayaan antara kedua bangsa.
2016I00064.C1 | 895/PUI/ | Rak Indonesia (RI) | Tersedia |
Tidak tersedia versi lain