Mata Kuliah Pengembangan Kepri
Gadis Portugis: Kisah gadis yang terseret cinta di Medan perang
Ada geletar rindu dalam gelegar perang yang sama-sama dahsyat dalam novel ini!
Saat geletar-geletar cinta itu tumbuh, genderang perang tiba-tiba terdengar demikian keras dan mengerikan…
Perempuan yang tidak memilih jalan pulang
***
Pada abad keenam belas, Kerajaan Gowa mencapai puncak kejayaannya di tangan sang raja besar dan karismatik, Sultan Hasanuddin! Di bawah kekuasaannya, Pelabuhan Makassar menjadi bandar internasional yang sangat ramai. Berbagai suku bangsa, seperti Portugis, Spanyol, Inggris, Cina, Arab, dan Melayu hidup serta menetap di sana. Kondisi ekonomi Gowa demikian makmur.
Salah satu pahlawan yang berperan penting dan berdiri di balik kejayaan tersebut adalah Karaeng Caddi, seorang pemuda pintar dan gagah berani, putra bangsawan Karaeng Pallangga. Kendati pun masih muda, tapi telah beberapa kali ia dipercaya sang Sultan memadamkan pemberontakan di daerah-daerah taklukkan Gowa.
Selain ketangkasannya dalam berperang, ia juga luwes bergaul dengan pembesar-pembesar dan konglomerat-konglomerat dari berbagai bangsa. Sampai akhirnya, ia dipertemukan dengan putri seorang pembesar Portugis yang bernama Elis Pareira. Benih-benih cinta pun muncul di antara mereka. Begitu kuatnya cinta mereka, Karaeng Ceddi bahkan sanggup melanggar batas adat-istiadat yang dipegangnya selama ini demi hubungan asmara secara sembunyi-sembunyi.
Apa yang kemudian terjadi? Bagaimana nasib cinta mereka saat perang besar berkobar antara Gowa dengan Belanda yang dibantu Bone, Butung, Bacan, Tidore, dan Ambon?
Inilah novel yang berhasil meramu unsur heroisme dan cinta dalam setting sejarah Makassar dengan sangat menarik!
***
INILAH kisah gadis yang terseret cinta di medan perang. Bangsawan Palangga jatuh cinta kepada seorang gadis Portugis. Lelaki gagah berkumis tipis dan berkulit putih itu adalah putra penguasa di wilayah Palangga bernama Karaeng Caddi.
Ia jatuh cinta kepada putri bangsawan Portugis Benyamin Pareira bernama Elis. Keluarga terpandang asal Portugis ini tinggal di kawasan Paotere. Keluarga ini pedagang sukses yang mengumpulkan rempah-rempah dari Maluku.
Di dalam novel sejarah berjudul Gadis Portugis ini, getar-getar cinta itu tumbuh ketika genderang perang sedang ditabuh. Belanda terus berusaha mengacaubalaukan Kerajaan Gowa. Karaeng Caddi dan Elis semakin sulit dipisahkan. Pasangan ini berusaha mendobrak tradisi kuat masing masing keluarga.
Kedua orangtua Elis tidak setuju anaknya menikah dengan Karaeng Caddi yang terkenal sebagai putra mahkota di wilayah Palangga. Terutama ayah Elis, Benyamin Pareira ingin anaknya mendapat jodoh dari kalangan Portugis pula.
Sebaliknya Karaeng Caddi yang juga ketat dengan adat, justru melawannya. “Adat Makassar tidak ada yang secara tertulis menghalangi cinta lain bangsa. Pemuda-pemuda Gowa bebas menentukan jodohnya,” kata Karang Caddi ketika seorang temannya mengingatkan.
Belanda bersama sekutunya berhasil menyerang Kerajaan Gowa. Orang-orang Portugis dipaksa meninggalkan Makassar termasuk kedua orangtua Elis. Anak-anak termasuk Elis mengungsi ke gereja.
Karaeng Caddi dan karaeng-karaeng lainnya masih berusaha melakukan perlawanan meski Perjanjian Bongaya sudah ditandatangani. Elis pun malahan memimpin pasukan perempuan melakukan perlawanan.
Ketika perang mereda, Karang Caddi pulang ke Palangga bersama Elis. Karaeng Palangga bersama istrinya kaget bukan kepalang melihat anaknya membawa serta seorang gadis.
Setelah dijelaskan, kedua orangtua Karaeng Caddi ikut gembira. Tetapi persoalannya, kekasih anaknya itu berbeda agama. Namun karena cinta yang telah membara Elis pun ikhlas mengikuti agama pacarnya sehingga mereka pun melanjutkan jalinan cinta ke pelaminan. (Tasman Banto/Tribun Timur: Putra Mahkota Palangga Mencintai Gadis Portugis)
***
2016I00079.C1 | F 813 g | Rak Indonesia (RI) | Tersedia |
Tidak tersedia versi lain